Senin, 14 September 2015

melemahnya nilai tukar rupiah berimbas ke bahan pangan tahu dan tempe

Rupiah melemah, tempe dan tahu mahal


Image caption Melemahnya Rupiah sangat terasa bagi penjual dan pembeli tahu dan tempe
Hari menjelang sore, namun suasana kerja di sebuah pabrik tahu rumahan di kawasan Mampang, Jakarta Selatan, masih ramai.
Empat pegawai pabrik tahu tersebut bekerja dengan giat sembari mendengarkan musik.
Mereka mengolah tahu dengan ceria, meski sang pemilik pabrik, Sutarno, memiliki masalah pelik.
Harga kedelai yang terus meningkat membuat omzetnya menurun.
Menurut Sutarno, sebelum bulan puasa harga bahan dasar tahu yakni kedelai kurang dari Rp700.000 untuk satu kuintal. Namun, sekarang satu kuintal kedelai dihargai Rp710.000.
"Ya kita harus ngecilin ukuran tahunya. Kita kan gak bisa naikin harga, kayak naikin harga kedelai," jelas Sutarno.
Image caption Sutarno terpaksa membuat tahu lebih kecil untuk menyiasati kenaikan harga kedelai

Menaikkan harga

Kenaikan harga juga dirasakan Andi, seorang penjual gorengan.
Namun, berbeda dengan Sutarno, Andi menaikkan harga tempe dan tahu goreng yang dia jual karena kenaikan harga bahan pangan pokok.
Langkah tersebut tidak selalu membuatnya mencetak untung.
"Ya untung-untungan. Kita nyari persentase aja antara modal dan penjualannya. Kitanya ngeluh, konsumen juga ngeluh," ujar Andi.
Image caption Pedagang tempe goreng terpaksa menaikan harga tempe

Desain ekonomi

Tingginya bahan baku impor, seperti kedelai, merupakan imbas lemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat. Berdasarkan data Bank Indonesia pada Rabu (08/07) siang WIB, US$1 dihargai Rp13.279.
Melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat terjadi karena faktor ekonomi global dan juga situasi dalam negeri, ungkap ekonom dari INDEF, Sugiyono.
Agar hal ini tidak terus berlanjut, Sugiyono memiliki saran untuk pemerintah.
"Itu desain kebijakan ekonominya, kita maunya apa. Itu harus ditentukan," kata Sugiyono.
Sugiyono memprediksi bahwa mata uang Indonesia tidak akan bisa membaik dalam waktu yang singkat. Namun, dia berpendapat masyarakat mampu mengelola keuangan mereka dan menghindari pengeluaran untuk kebutuhan yang kurang mendesak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar